22 November 2008

CINTA

Untuk renungan dan ‘ibrah untuk kita semua, ana kongsikan analogi yang ana ambil dari sebuah buku yang begitu menyentuh hati ana. Bagaimana hanya dengan minat yang dimulai dengan pandangan mata, boleh mewujudkan satu perasaan Asy-Syaghaf yang mana pada peringkat ini, suatu dosa yang sangat besar pun boleh dipandang sebelah mata. Buat diriku yang seringkali terbabas, dan sahabat-sahabatku yang ku kasihi, mudah-mudahan Allah menjaga hati kita semua dari perkara sebegini. Jangan biarkan sedikitpun hati kita dinodai oleh fitrah palsu yang didorong oleh nafsu yang gila yang didorong oleh kawan yang paling tak berguna iaitu syaitan la’natullah.

Moga Allah lindungi kita semua…Ameennnn….


Seorang lelaki mencintai seorang wanita. Ia merasa tertarik kepada wanita tersebut sehinggakan susah hendak tidur, sering memikirkannya dan juga sering jugak termenungkan wanita yang diminatinya. Apabila orang lain membicarakan hal wanita tersebut, terbersit perasaan cemburu di dadanya lantaran merasakan wanita tersebut adalah miliknya. Hidupnya pun saban hari disibukkan dengan memikirkan si wanita tersebut, dan tak terhenti disitu, hidupnya setiap hari sibuk dengan memikirkan si wanita yang diminatinya.

Apabila manusia bertanya, “Apa yang kamu buat ni?”, ia merasa tidak melakukan sebarang kesalahan. Dia hanya tertarik kepada “si dia” saja dan pada tahap ini ia tidak melakukan perbuatan haram.

Setelah melaui tahap tertarik ini, ia semakin tenggelam dalam lautan cinta, hinggakan setiap perkara yang hadir dalam hidupnya, akan dibandingkan dengan “si dia”. Apakah apa yang ia lakukan setiap hari, akan disukai oleh “si dia” atau ia sendiri suka.

Setelah itu, datanglah pula tahapan ‘jatuh hati’ atau Al-Isyq, atau dalam istilah penyair, As-Shababah yang bermaksud jatuh hati seperti air yang jatuh dari atas ke bawah. Ia sudah tidak mampu lagi menguasai hatinya. Begitulah yang terjadi pada hati-hati yang sudah tertarik kepada wanita, ia tidak mampu lagi menguasai dirinya, hinggakan ia sanggup menanti di jendela rumah sehingga enam ke tujuh jam sehari. Kemana saja sanggup ia pergi dan menunggu walau setahun lamanya tidak menjadi masalah baginya. Ibaratkan kisah Qais dan Laila. Qais yang jatuh cinta kepada Laila, untuk melalui desa tempat tinggal Laila saja, ia perlu berkata;

Aku lewati kampung, kampung Laila,
Kucium dinding yang ini, dan dinding yang itu,
Bukan cintaku pada kampung itu yang menjerat hatiku,
Tapi cintaku pada si dia yang tinggal di kampung ini”


Setelah itu, cintanya semakin dalam hingga sampai ke tahap yang dipanggil “Al-Gharam”, iaitu cinta buta. Pada tahap ini, ia tidak mampu lagi berpisah dengan sang kekasih walau sesaat. Allah SWT mengingatkan mirip hal ini dalam surah Al-Furqan ayat 65;
Mereka tidak akan menginginkan perpisahan dengan azab, sebagaimana mereka tidak ingin berpisah dengan hal dunia yang mereka gilai.

Ketika mencapai tahap ini, ia mengetahui kalau berjalan dengan wanita itu adalah haram, tetapi ia tiada kuasa lagi untuk menahan dirinya untuk menyingkirkan hasrat melakukan hal itu. Hatinya telah lekat dengan “si dia” hinggakan tidak akan ada kuasa untuknya meninggalkan cinta itu selamanya.

Cintanya akan semakin mendalam dan kronik sehinggakan terangkat tahapnya ke peringkat “tergila-gila” atau “Al-Syaghaf”. Inilah yang dikatakan puncak cintanya, ertinya cinta itu telah menyentuh hatinya yang paling dalam. Bertepatan dengan firman Allah yang ditunjukkan ‘ibrahnya melalui kisah Yusuf dan Zulaikha;


Besarnya cinta Zulaikha pada Yusuf, telah mendorongnya melakukan perbuatan yang sangat berani. Ia berkata, “Kemarilah, pintu sudah tertutup.” Ia sekali-kali tidak akan berani melakukan perkara tersebut kecuali cintanya itu telah sampai ke peringkat yang paling dalam.


Alangkah baiknya jika cinta ini boleh disalurkan ke jalan yang betul iaitu dengan mencintai Allah yang kekal abadi serta nyata kasih sayangNya kepada hamba-hambanya yang ikhlas mencintai Allah.

Ingatlah sebuah kata-kata…

“Seandainya kamu mengejar dunia dengan meninggalkan Allah,
Dunia akan datang kepadamu dalam keadaan kamu hina disisinya,
Sebaliknya jika kami mengejar akhirat dan Allah tujuanmu,
Dunia akan datang kepadamu dalam keadaan dunia hina disisimu…”





2 ulasan:

[ Nazihah ] berkata...

Macam ayat dari pakar cinta..DR cinta pun boleh jugak..

ABU IFFAH berkata...

Mmg ayat dari pakar pun, tapi bukan ana la:) Ana amik dari buku pakar mendidik hati...

Islahul Qulub...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...